Kamis, 04 Desember 2008

Membaca Bersuara

Salam, salah satu bagian dari kurikulum sekolah membaca yang sedang saya rintis adalah kegiatan MEMBACA BERSUARA.

Mbak Lisda, salah satu bagian dari kurikulum sekolah membaca yang sedang saya rintis adalah kegiatan MEMBACA BERSUARA. Kegiatan ini jelas berlawana dengan metode "membaca cepat" (speed reading). Saya mengadakan kegiatan membaca bersuara ini sekaligus untuk melakukan kritik atas metode membaca cepat yang kadang diterapkan tanpa meperhitungkan kondisi para pembaca yang belum siap membaca. Apakah ada pembaca yang belum siap membaca? Ada dan banyak sekali. Bagaimana mendeteksi si pembaca itu belum siap membaca? Cobalah perintahkan mereka untuk membaca dengan suara keras (membaca bersuara). Jika cara membacanya masih berantakan (tanpa irama) dan tanda-tanda bacanya tyidak diperhatikan, artinya, orang tersebut belum siap membaca. Membaca-diam (tidak bersuara) tidak akan bisa mendeteksi apakah seseorang itu sudah siap membaca atau belum. Bayangkan, kesiapan membaca saja mereka belum benar-benar terkondisikan, kok disuruh membaca cepat? Tentulah kegiatan membacanya akan sia-sia dan tidak akan memperoleh apa-apa. Nah, yang Mbak Lisda lakukan itu (membacakan buku untuk para murid), sangat bagus dilakukan. Mbak Lisda menjadi TELADAN membaca-bersuara bagi para murid. Dan memang begitulah mengajari membaca. Ingat, anak-anak suka sekali didongengkan. Bayangkan jika si pendongeng sambil membawa buku dan membaca dongeng dari buku tersebut. Ini, artinya, ketika seseorang mendongeng (membaca bersuara dari sebuah buku), dia sedang mempersiapkan anak yang mendengarkan dongeng itu untuk SIAP MEMBACA. Kesiapan membaca ini kadang tidak digarap di sekolah sehingga anak-anak banyak yang mengalami kesulitan membaca (tidak bisa mencerna dan memahami bahan bacaannya). Semoga bermanfaat. Hernowo NB: Di rumah, pagi2 sekali, saya sering membaca bersuara agar anak-anak saya mendengarkan apa yang saya baca. Selain ingin melatih kegiatan membaca saya (agar iramanya enak), saya juga ingin menjadi TELADAN MEMBACA di rumah. Membaca bersuara juga saya gunakan untuk MENDETEKSI apakah kalimat yang saya baca disusun dengan bagus atau tidak oleh penulisnya. Wah dari cuplikan berita tersebut dapat disimpulkan bahwasanya membaca bersuara cupuk mengasikkan juga, dan untuk menghilangkan penat ataupun stres anda,, cobalah untuk melakukan kegiatan membaca bersuara... Salam.**FROM SOME ONE in yahoogroups**

Salam, salah satu bagian dari kurikulum sekolah membaca yang sedang saya rintis adalah kegiatan MEMBACA BERSUARA.

Mbak Lisda, salah satu bagian dari kurikulum sekolah membaca yang sedang saya rintis adalah kegiatan MEMBACA BERSUARA. Kegiatan ini jelas berlawana dengan metode "membaca cepat" (speed reading). Saya mengadakan kegiatan membaca bersuara ini sekaligus untuk melakukan kritik atas metode membaca cepat yang kadang diterapkan tanpa meperhitungkan kondisi para pembaca yang belum siap membaca. Apakah ada pembaca yang belum siap membaca? Ada dan banyak sekali. Bagaimana mendeteksi si pembaca itu belum siap membaca? Cobalah perintahkan mereka untuk membaca dengan suara keras (membaca bersuara). Jika cara membacanya masih berantakan (tanpa irama) dan tanda-tanda bacanya tyidak diperhatikan, artinya, orang tersebut belum siap membaca. Membaca-diam (tidak bersuara) tidak akan bisa mendeteksi apakah seseorang itu sudah siap membaca atau belum. Bayangkan, kesiapan membaca saja mereka belum benar-benar terkondisikan, kok disuruh membaca cepat? Tentulah kegiatan membacanya akan sia-sia dan tidak akan memperoleh apa-apa. Nah, yang Mbak Lisda lakukan itu (membacakan buku untuk para murid), sangat bagus dilakukan. Mbak Lisda menjadi TELADAN membaca-bersuara bagi para murid. Dan memang begitulah mengajari membaca. Ingat, anak-anak suka sekali didongengkan. Bayangkan jika si pendongeng sambil membawa buku dan membaca dongeng dari buku tersebut. Ini, artinya, ketika seseorang mendongeng (membaca bersuara dari sebuah buku), dia sedang mempersiapkan anak yang mendengarkan dongeng itu untuk SIAP MEMBACA. Kesiapan membaca ini kadang tidak digarap di sekolah sehingga anak-anak banyak yang mengalami kesulitan membaca (tidak bisa mencerna dan memahami bahan bacaannya). Semoga bermanfaat. Hernowo NB: Di rumah, pagi2 sekali, saya sering membaca bersuara agar anak-anak saya mendengarkan apa yang saya baca. Selain ingin melatih kegiatan membaca saya (agar iramanya enak), saya juga ingin menjadi TELADAN MEMBACA di rumah. Membaca bersuara juga saya gunakan untuk MENDETEKSI apakah kalimat yang saya baca disusun dengan bagus atau tidak oleh penulisnya. Wah dari cuplikan berita tersebut dapat disimpulkan bahwasanya membaca bersuara cupuk mengasikkan juga, dan untuk menghilangkan penat ataupun stres anda,, cobalah untuk melakukan kegiatan membaca bersuara... Salam.**FROM SOME ONE in yahoogroups**

Tidak ada komentar: